Stephani de Haan

Kamis, 01 Maret 2012

Cerpen : Permainan Cinta


“Vi,loe yakin ma Dio??” Tanya Carla. Tuk kesekian kalinya pertanyaan itu dilontarkan untuk Via,tetapi Via tidak menanggapinya. Via seorang gadis yang manis dan cantik.

Sudah satu bulan Via jadian dengan Dio meskipun teman-teman Via tidak pernah setuju. Sudah berulang kali mereka mengingatkan bahwa Dio adalah tipe cowo playboy, Via hanya tersenyum dan berkata “Gue tau apa yang gue lakukan,jadi kalian tenang aja.. makasih ya..”.

Carla merasa geram melihat sahabatnya menjalin hubungan dengan pria yang ia anggap playboy. Carla bertekad untuk memantau Dio. Ia ingin mencari bukti agar Via percaya dengan omonganya karena Carla ga mau teman dekatnya dipermainkan oleh Dio.

“Hallo..” Via menjawab telphone

          “Vi, sekarang juga loe ke Mall.. gue tunggu di Studio 21, depan pintu 3.. Cepet…! Ga pake lama!!” perintah Carla

          “Aduh, La.. Heboh banget, ada apa sih? Ada film baru??”

          “Ih,bukan.. Udah ga usah banyak nanya.. Loe cepetan kesini..!!”

          “Iya..iya..,tapi ada paan??”

“Dio lagi jalan ma cewe, mesra banget!!!”

“Oh,,ya..”Via mencoba untuk memastikan.

Carla sedikit heran dengan reaksi yang di berikan Via, “udah dech, ga  usah kebanyakan nanya,cepetan loe dateng kesini,loe mesti labrak Dio!!

“Oke dech,,thanks ya” segera Via mengganti baju lalu beranjak ke Mall “Sudah saatnya..”gumam Via.



Dari kejauhan Via melihat Carla yang sedang sibuk melihat kesana kemari sambil sesekali memperhatikan gerak gerik Dio “ La…”

“Vi,ayo cepet kita kesana..” ajak Carla “Loe jangan takut,gue bakal ada disamping loe,,kalo Dio macem-macem gue da siap sedia manggil satpam.”

Via tersenyum melihat tingkah sahabatnya, Carla menatap Via heran  “Sekarang loe mesti pasang ekspresi yang marah,, jangan senyum kayak gini” 


“Dio…” sapa Via

 “Via!!” Dio terkejut melihatnya “ Ngapain kamu disini?”

“Jalan-jalan aja, kamu ngapain disini? Ini siapa?” tanya Via

Wanita yang ada di depan Dio balik bertanya pada Via “Kamu siapa?”

“Saya Via, pacar Dio..” dengan senyum manis Via menyodorkan tangannya pada wanita mungil berkulit putih. Carla yang berada tepat disamping Via terkejut melihat Via yang masih bisa tersenyum dengan tenang.

Wanita itu tidak membalas salam yang diberikan Via, ia justru memandang Dio dengan sinis “Dasar playboy” wanita itu mengambil tasnya lalu pergi begitu saja. Via pun ingin beranjak pergi, tetapi Dio menghalanginya.

“Vi, biar aku jelas’in..”

“Dio, ini bukan pertama kali nya aku liat kamu jalan dengan cewe lain. Selama ini temen-temen aku ga pernah setuju dengan hubungan kita, karena kata mereka kamu seorang playboy, sebenernya aku udah tau tentang itu bahkan saat sebelum kita pacaran. Tapi aku coba untuk tetap bertahan..” perlahan air mata Via menetes “Aku ingin selalu ada disisi kamu. Makanya aku berusaha menjadi cewe yang baik untuk kamu. Tapi ternyata aku salah, aku ga bisa membuat kamu jatuh cinta sama aku..”

Dio membelai rambut Via dengan lembut “Sorry..”

“Ga pa pa kok. Mungkin aku-nya aja yang terlalu banyak berharap” Via menjauhkan tangan Dio dari dirinya “Kayaknya aku ga pantes untuk kamu. Kita putus aja ya” pinta Via

“Vi, maaf’in aku ya. Aku janji ga akan ngulang’in lagi. Please, Vi.. jangan putus ya..”

“Maaf.. Aku udah kehabisan cara, aku ga tau harus berbuat apalagi agar kamu cinta sama aku. Aku udah lelah..

“Kamu ga perlu berbuat apa-apa lagi, karena aku udah jatuh cinta sama kamu..” Dio menggenggam tangan Via dengan erat.

Via sedikit risih, ia berusaha melepas tangannya “Kamu yakin dengan perasaan itu?”

Dio tetap mempertahankan tangan Via “Aku yakin.. Aku bener-bener yakin..”

Via mengerahkan seluruh tenaganya, hingga akhirnya ia berhasil menarik tangannya “Kamu ga perlu maksa’in perasaan hanya untuk aku, aku pasti baik-baik aja kok.” lalu Via cepat-cepat pergi meninggalkan Dio.

***


Malam harinya Gilang berkunjung ke kamar Via, cowo satu ini adalah teman Via sejak kecil. Rumah mereka hanya sebrang-sebrangan.

“Jadi kamu uda putus dengan Dio?” tanya Gilang

“Yah gitu deh..” jawab Via, dengan wajah tetap ceria

“Trus Dio-nya gimana?”

“Aku juga ga tau, tadi aku tinggal’in dia gitu aja. Dan sekarang belum ada kabar” baru saja Via berbicara seperti itu, ringtone handphone-nya berbunyi “Eh, panjang umur nie orang” Via memasang suara parau agar terdengar seperti habis menangis “Hallo..”

“Vi, sampai saat ini aku ga pernah berhenti mikir’in kamu. Diotak aku cuma ada kamu, begitu juga dihati aku. Aku bener-bener udah jatuh cinta sama kamu.. Aku mohon, terima aku jadi pacar kamu lagi..”

“Maaf, aku ga bisa..” tolak Via

“Tapi , Vi..”

“Aku boleh minta sesuatu sama kamu?! Aku mau kamu berubah..”

“Aku pasti akan berubah, tapi aku mau kamu tetap ada disamping aku”

“Dio, kamu itu udah hampir mendekati cowo perfect, apalagi kalau kamu berubah. Aku yakin kamu akan dapet cewe yang benar-benar pantas untuk kamu”

“Aku mau cewe itu adalah kamu…!!! Aku sayang sama kamu…” tegas Dio.

“Terima kasih, tapi aku ga bisa menerima rasa sayang kamu.. maaf..”

“Terserah kamu mau bilang apa, tapi yang jelas kali ini adalah giliran aku berusaha untuk dapet’in cinta kamu lagi..”

“Dio, denger’in aku… Kamu ga perlu repot-repot untuk dapet’in cinta aku… Aku cuma mau kamu berubah..” Via mematikan handphone-nya. “Fiuh, berhasil lagi deh.. Oh, ya kamu udah dapet data tentang Dimas?”

“Aku ga nyari..!” wajah Gilang terlihat murung “Mau sampai kapan sih kamu begini?”

“Aku sih maunya sampai semua playboy didunia ini habis, tapi itu kan ga mungkin karena banyak banget. Mungkin cuma sampai waktunya kita nikah nanti..”

“Kenapa ga berhenti sekarang aja. Dan kita bisa mulai pacaran”

“Kita kan udah berjanji akan nikah. Apa gunanya lagi pacaran, lagian aku lebih suka begini, aku ngerasa lebih deket sama kamu. Jadi mendingan waktu seperti ini, aku guna’in untuk menyadarkan beberapa playboy”

“Dengan cara nge-buat mereka jatuh cinta sama kamu”

“Mereka ga pernah jatuh cinta sama aku, itu hanya perasaan bersalah mereka aja..”

“Jangan sok tau tentang perasaan orang lain!!” Gilang beranjak dari tempat duduknya “Aku pulang dulu..”

“Gilang..” panggil Via. “Gilang tunggu, kenapa kamu jadi marah-marah gitu sih??”

“Ada hal yang kamu ga ketahui…”

“Apa??”

“Mungkin sebaiknya kamu ga usah tau…”

“Gi…” belum selesai Via memanggil Gilang, pintu kamar nya telah tertutup dengan hentakan yang sedikit keras.



Malam itu Via terbangun, ia mengingat kejadian bersama Gilang.

Via menjadi gelisah dan sulit untuk tidur, ia beranjak dari tempat tidur lalu berdiri didekat jendela kamar. Rumah Gilang terlihat ramai, Via mencoba menajamkan penglihatannya. Ia melihat tubuh Gilang yang tidak berdaya diangkat oleh Om Diro dan Tante Ratna masuk kedalam mobil. Tanpa pikir panjang, Via berlari keluar rumah dan menghampiri mobil Om Diro.

“Gilang..” panggil Via

“Via..” sapa Tante Ratna yang tidak lain adalah ibu Gilang “Cepat masuk kemobil, kita harus membawa Gilang kerumah sakit”

“Rumah sakit?!” Via masuk kemobil dengan perasaan cemas, melihat Gilang terbaring disebelahnya “Gilang kenapa, tante?”

“Ceritanya nanti aja ya, kita harus segera ke rumah sakit”ujar Om Diro.

Via mengangguk dan segera masuk mobil.

Om Diro dan Tante Ratna menceritakan tentang penyakit yang diderita Gilang, sejak kecil Gilang menidap kanker otak.

Sesampainya dirumah sakit, nyawa Gilang tidak dapat tertolong lagi, seketika Via menjerit histeris, airmatanya tidak berhenti menetes.

“Gilang jangan tinggal’in aku..! Kamu kan udah janji mau nikah’in aku..!” perlahan Via mendekati jasad Gilang “Kenapa kamu ga pernah bilang sama aku..? kenapa kamu ga jujur? Kalau aku tau akan begini, aku pasti akan selalu disamping kamu.. Aku ga akan menghabiskan waktu untuk orang lain… Gilang… ku mohon…” semakin lama suara Via semakin mengecil hingga berbisik lirih “Maaf..”


Fin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar