“Vi,loe yakin ma Dio??” Tanya Carla.
Tuk kesekian kalinya pertanyaan itu dilontarkan untuk Via,tetapi Via tidak
menanggapinya. Via seorang gadis yang manis dan cantik.
Sudah satu bulan Via jadian dengan Dio meskipun teman-teman Via
tidak pernah setuju. Sudah berulang kali mereka mengingatkan bahwa Dio adalah
tipe cowo playboy, Via hanya tersenyum dan berkata “Gue tau
apa yang gue lakukan,jadi kalian tenang aja.. makasih ya..”.
Carla merasa geram melihat sahabatnya
menjalin hubungan dengan pria yang ia anggap playboy. Carla bertekad untuk
memantau Dio. Ia ingin mencari bukti agar Via percaya dengan omonganya karena
Carla ga mau teman dekatnya dipermainkan oleh Dio.
“Hallo..” Via menjawab telphone
“Vi, sekarang juga loe ke Mall.. gue tunggu di Studio 21, depan pintu 3..
Cepet…! Ga pake lama!!” perintah Carla
“Aduh, La.. Heboh banget, ada apa sih? Ada film baru??”
“Ih,bukan.. Udah ga usah banyak nanya.. Loe cepetan kesini..!!”
“Iya..iya..,tapi ada paan??”
“Dio lagi jalan ma cewe, mesra banget!!!”
“Oh,,ya..”Via mencoba untuk memastikan.
Carla sedikit heran dengan reaksi yang di berikan
Via, “udah dech, ga usah kebanyakan nanya,cepetan loe dateng kesini,loe
mesti labrak Dio!!
“Oke dech,,thanks ya” segera Via mengganti baju
lalu beranjak ke Mall “Sudah saatnya..”gumam Via.
Dari
kejauhan Via melihat Carla yang sedang sibuk melihat kesana kemari sambil
sesekali memperhatikan gerak gerik Dio “ La…”
“Vi,ayo cepet kita kesana..” ajak Carla “Loe jangan
takut,gue bakal ada disamping loe,,kalo Dio macem-macem gue da siap sedia
manggil satpam.”
Via tersenyum melihat tingkah
sahabatnya, Carla menatap Via heran “Sekarang loe mesti pasang
ekspresi yang marah,, jangan senyum kayak gini”
“Dio…” sapa
Via
“Via!!” Dio terkejut melihatnya “ Ngapain
kamu disini?”
“Jalan-jalan aja, kamu ngapain disini? Ini siapa?”
tanya Via
Wanita yang ada di depan Dio balik bertanya pada
Via “Kamu siapa?”
“Saya Via, pacar Dio..” dengan senyum manis Via
menyodorkan tangannya pada wanita mungil berkulit putih. Carla yang berada
tepat disamping Via terkejut melihat Via yang masih bisa tersenyum dengan
tenang.
Wanita itu tidak membalas salam yang diberikan Via,
ia justru memandang Dio dengan sinis “Dasar playboy” wanita itu mengambil
tasnya lalu pergi begitu saja. Via pun ingin beranjak pergi, tetapi Dio
menghalanginya.
“Vi, biar
aku jelas’in..”
“Dio, ini bukan pertama kali nya aku liat kamu
jalan dengan cewe lain. Selama ini temen-temen aku ga pernah setuju dengan
hubungan kita, karena kata mereka kamu seorang playboy, sebenernya aku udah tau
tentang itu bahkan saat sebelum kita pacaran. Tapi aku coba untuk tetap
bertahan..” perlahan air mata Via menetes “Aku ingin selalu ada disisi kamu.
Makanya aku berusaha menjadi cewe yang baik untuk kamu. Tapi ternyata aku
salah, aku ga bisa membuat kamu jatuh cinta sama aku..”
Dio membelai rambut Via dengan lembut “Sorry..”
“Ga pa pa kok. Mungkin aku-nya aja yang terlalu
banyak berharap” Via menjauhkan tangan Dio dari dirinya “Kayaknya aku ga pantes
untuk kamu. Kita putus aja ya” pinta Via
“Vi, maaf’in aku ya. Aku janji ga akan ngulang’in
lagi. Please, Vi.. jangan putus ya..”
“Maaf.. Aku udah kehabisan cara, aku ga tau harus
berbuat apalagi agar kamu cinta sama aku. Aku udah lelah..”
“Kamu ga perlu berbuat apa-apa lagi, karena aku
udah jatuh cinta sama kamu..” Dio menggenggam tangan Via dengan erat.
Via sedikit risih, ia berusaha melepas tangannya
“Kamu yakin dengan perasaan itu?”
Dio tetap mempertahankan tangan Via “Aku yakin..
Aku bener-bener yakin..”
Via mengerahkan seluruh tenaganya, hingga akhirnya
ia berhasil menarik tangannya “Kamu ga perlu maksa’in perasaan hanya untuk aku,
aku pasti baik-baik aja kok.” lalu Via cepat-cepat pergi meninggalkan Dio.
***
Malam harinya Gilang berkunjung ke kamar Via, cowo
satu ini adalah teman Via sejak kecil. Rumah mereka hanya sebrang-sebrangan.
“Jadi kamu uda putus dengan Dio?” tanya Gilang
“Yah gitu
deh..” jawab Via, dengan wajah tetap ceria
“Trus Dio-nya gimana?”
“Aku juga ga tau, tadi aku tinggal’in dia gitu aja.
Dan sekarang belum ada kabar” baru saja Via berbicara seperti itu, ringtone handphone-nya
berbunyi “Eh, panjang umur nie orang” Via memasang suara parau agar terdengar
seperti habis menangis “Hallo..”
“Vi, sampai saat ini aku ga pernah berhenti
mikir’in kamu. Diotak aku cuma ada kamu, begitu juga dihati aku. Aku
bener-bener udah jatuh cinta sama kamu.. Aku mohon, terima aku jadi pacar kamu
lagi..”
“Maaf, aku ga bisa..” tolak Via
“Tapi , Vi..”
“Aku boleh minta sesuatu sama kamu?! Aku mau kamu
berubah..”
“Aku pasti akan berubah, tapi aku mau kamu tetap
ada disamping aku”
“Dio, kamu itu udah hampir mendekati cowo perfect,
apalagi kalau kamu berubah. Aku yakin kamu akan dapet cewe yang benar-benar
pantas untuk kamu”
“Aku mau cewe itu adalah kamu…!!! Aku sayang sama
kamu…” tegas Dio.
“Terima kasih, tapi aku ga bisa menerima rasa
sayang kamu.. maaf..”
“Terserah kamu mau bilang apa, tapi yang jelas kali
ini adalah giliran aku berusaha untuk dapet’in cinta kamu lagi..”
“Dio, denger’in aku… Kamu ga perlu repot-repot
untuk dapet’in cinta aku… Aku cuma mau kamu berubah..” Via mematikan
handphone-nya. “Fiuh,
berhasil lagi deh.. Oh, ya kamu udah dapet data tentang Dimas?”
“Aku ga nyari..!” wajah Gilang terlihat murung “Mau
sampai kapan sih kamu begini?”
“Aku sih maunya sampai semua playboy didunia ini
habis, tapi itu kan ga mungkin karena banyak banget. Mungkin cuma sampai
waktunya kita nikah nanti..”
“Kenapa ga berhenti sekarang aja. Dan kita bisa
mulai pacaran”
“Kita kan udah berjanji akan nikah. Apa gunanya
lagi pacaran, lagian aku lebih suka begini, aku ngerasa lebih deket sama kamu.
Jadi mendingan waktu seperti ini, aku guna’in untuk menyadarkan beberapa
playboy”
“Dengan cara nge-buat mereka jatuh cinta sama kamu”
“Mereka ga pernah jatuh cinta sama aku, itu hanya
perasaan bersalah mereka aja..”
“Jangan sok tau tentang perasaan orang lain!!”
Gilang beranjak dari tempat duduknya “Aku pulang dulu..”
“Gilang..” panggil Via. “Gilang tunggu, kenapa kamu
jadi marah-marah gitu sih??”
“Ada hal yang kamu ga ketahui…”
“Apa??”
“Mungkin sebaiknya kamu ga usah tau…”
“Gi…” belum selesai Via memanggil Gilang, pintu
kamar nya telah tertutup dengan hentakan yang sedikit keras.
Malam itu
Via terbangun, ia mengingat kejadian bersama Gilang.
Via menjadi gelisah dan
sulit untuk tidur, ia beranjak dari tempat tidur lalu berdiri didekat jendela
kamar. Rumah Gilang terlihat ramai, Via mencoba menajamkan penglihatannya. Ia
melihat tubuh Gilang yang tidak berdaya diangkat oleh Om Diro dan Tante Ratna
masuk kedalam mobil. Tanpa pikir panjang, Via berlari keluar rumah dan
menghampiri mobil Om Diro.
“Gilang..” panggil Via
“Via..” sapa Tante Ratna yang tidak lain adalah ibu
Gilang “Cepat masuk kemobil, kita harus membawa Gilang kerumah sakit”
“Rumah sakit?!” Via masuk kemobil dengan perasaan
cemas, melihat Gilang terbaring disebelahnya “Gilang kenapa, tante?”
“Ceritanya nanti aja ya, kita harus segera ke rumah
sakit”ujar Om Diro.
Via mengangguk dan segera masuk mobil.
Om Diro dan Tante Ratna menceritakan tentang
penyakit yang diderita Gilang, sejak kecil Gilang menidap kanker otak.
Sesampainya dirumah sakit, nyawa Gilang tidak dapat
tertolong lagi, seketika Via menjerit histeris, airmatanya tidak berhenti
menetes.
“Gilang jangan
tinggal’in aku..! Kamu kan udah janji mau nikah’in aku..!” perlahan Via
mendekati jasad Gilang “Kenapa kamu ga pernah bilang sama aku..? kenapa kamu ga
jujur? Kalau aku tau akan begini, aku pasti akan selalu disamping kamu.. Aku ga
akan menghabiskan waktu untuk orang lain… Gilang… ku mohon…” semakin lama suara
Via semakin mengecil hingga berbisik lirih “Maaf..”
Fin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar